A Brief History of Newton's Laws

Hulton Archive/Getty Images
It turns out that the great Greek thinker wasn't always right about everything.
Si tukang filsuf Yunani Aristoteles pernah mendominasi pemikiran keilmuwan bertahun-tahuuuuun lamanya. Pandangannya tentang gerak fisika di terima secara luas, sabab seolah-olah sangat mendukung penelitian orang-orang tentang alam saat itu. Contoh, Aristoteles berpandangan bahwa berat mempengaruhi benda jatuh. Makin berat, dalihnya makin cepet jatuh ke tanah di banding benda yang lebih ringan dijatuhin dari ketinggian yang sama pada waktu yang sama. Si abang ini juga yang nolak gagasan tentang inersia, teges-tegesnya dia bilang kalau benda mau terus bergerak ya musti di kasih gayaaaa terus. Dua-duanya salaaaaah tuh pikirannya (orang salah aja PD banget ya, yang namanya ilmu kauniyah sih boleh-boleh aja salah pendapat), udah gitu salahnya di latahin juga oleh ilmuwan sejamannya, lama pula.. karena itu jadi lama pula memperbaiki kesalahan pemikirannya..ya tentu oleh ilmuwan-ilmuwan yang gagah berani dan PD mengubah paradigma yang dah berakar urat ni.
Gagasannya ancur lebur ni pertama kali meletus saat Nicolaus Copernicus mempublikasikan model matahari sebagai pusat semesta. Aristoteles berteori kalau matahari, bulan dan semua planet-planet mengelilingi bumi pada kesatuan bola langit. Copernicus mengemukakan bahwa yang namanya planet-planet di tata surya itu pada ngelilingi matahari, bukannya bumi (mudah-mudahan besok ada yang ancurin pendapatnya Copernicus ne). Walau ga topik-topik banget dengan topik mekanika kita ni, heliosentrik kosmosnya Coper (nicnamenya Copernicus) udah membuka tabir kelemahan Pak Aris (Nicknamenya Aristoteles).
Nah ada lagi ni penantang baru ide-ide filsuf Yunani kelas Heavy Weight, siapaaa diaaa??? yaa Galileo Galilei (nicknamenya Pak Gali). Dua eksperimen klasiknya, menjadikannya dirigen musik tone dan tenornya para musisi ilmuwan.Eksperimen pertama, Pak Gali jatuhkan bola meriam dan peluru (banyak ne di Indonesia bekas peninggalan si tengik penjajah Londo) dari atas Menara Condong Pisa. Kalo make mazhab Pak Aris siapa yang bakal nyampe duluan hayoooo??? ya iyalah Pak Aris bakal bilang: "ya jelaaaas dooong cannonball (bola meriam) issss the winnneeeerrr!!!" soalnye bongsor n berBOBOT gitu loh (yang penterjemah bingung dulu kenapa Pak Aris kagak nyoba dulu baru bilang, berarti ga Talk Less Do More nee. Hehe bukan iklanin rokok ni, ane benci kepulan-kepulan syetan ini). Eeeh ternyata "The Winner Issss..." Pak Galiiii..jadi ternyata bola meriam yang bongsor berbobot dengan bola peluru musket yang imut dan ringan jatuh pada rate level dan waktu yang sama nyeruduk tanah.
Beberapa sejarahwan meragukan dokumentasi eksperimen Pisa ini, tapi tidak untuk ekperimen kedua. Ekperimen kedua melibatkan bola-bola berwarna tembaga dengan berbagai ukuran, bola-bola ini di gelindingkan dari atas papan kayu miring. Pak Gali mencatat bahwa berapa jauh kira-kira masing-masing bola melintas jeda 1 detik. Pak Gali menemukan bahwa ternyata kagak ada urusan dengan ukuran bola -- rasio gelindingnya ternyata konstan. Dari sini beliau, menyimpulkan bahwa benda jatuh bebas mengalami percepatan yang sama kagak ada urusan massa, sepanjang ga ada gaya lain yang ngusik sebangsa gesekan udara dan papan.
Tetapi adalah sesungguhnya lah René Descartes, filsuf besar Perancis, yang telah menambah kedalaman dan dimensi terhadap gerak inersia. Dalam karyanya "Principles of Philosophy," pak Ren (nickname) mengemukakan 3 hukum alam. Yang pertama berbunyi " tiap sesuatu, sepanjang memiliki power, selalu berada dalam keadaan yang sama; konsekuensinya, maka sekalinya bergerak, maka ia akan terus bergerak." Kedua menyatakan "semua pergerakan, dari benda itu sendiri, sepanjang lintasan lurus." Inilah Hukum pertama Newton, yang dengan jelas tertera pada bukunya yang dipublikasikan pada 1644 -- ketika Newton masih imut-imut alias baru turun ke dunia.
Clearly, studied Descartes. He put that studying to good use as he single-handedly launched the modern era of scientific thinking. Newton's work in mathematics resulted in integral and differential calculus. His work in optics led to the first reflecting telescope. And yet his most famous contribution came in the form of three relatively simple laws that could be used, with great predictive power, to describe the motion of objects on Earth and in the heavens. The first of these laws came directly from Descartes, but the remaining two belong to Newton alone.
He described all three in "The Mathematical Principles of Natural Philosophy," or the Principia, which was published in 1687. Today, the Principia remains one of the most influential books in the history of human existence. Much of its importance lies within the elegantly simple second law, F = ma, which is the topic of the next section.
Nah loh berarti jelas dong, ternyata Isaac Newton telah belajar (saya tidak tahu apakah masuk kedalam kategori plagiator atau bukan) dari Pak Des. Dia meletakkan pembelajaran tersebut untuk di gunakan dengan baik dengan satu tangannya melahirkan era pemikiran modern.
REFERENCE/MAROJI':
http://science.howstuffworks.com/science-vs-myth/everyday-myths/newton-law-of-motion2.htm
masih di terjemahkan secara gaul oleh: saya ndiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar